Klik toko online alat fisioterapi
Kamis, 23 Mei 2013
Senin, 28 Januari 2013
80 Judul Skripsi Keperawatan
1. STUDI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
KETIDAKPATUHAN DIET PADA LANSIA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PAKONG KABUPATEN PAMEKASAN (D-3)
2. TINGKAT PENGETAHUAN IBU PRIMIPARA
TENTANG PERAWATAN PAYUDARA DI RUANG BERSALIN RSUD PAMEKASAN (D-3)
3. STUDI TINGKAT PEMENUHAN KEBUTUHAN
ISTIRAHAT TIDUR PADA LANSIA PANTI WERDHA MOJOPAHIT MOJOKERTO (D-3)
4. HUBUNGAN
TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DALAM (MEMASANG DAN MERAWAT INFUS) TERHADAP
KEJADIAN PLEBILIS DI RUANG MAWAR BAPELKES RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. WAHIDIN
S. H.(D-3)
5. HUBUNGAN
TINGKAT NYERI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN POST OPERASI DIRUANG IRNA A
RSUD SYARIFAH AMBANI RATO EBU BANGKALAN.(S-1)
6. HUBUNGAN
ANTARA JENJANG PENDIDIKAN DAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA YANG SALAH SATU
ANAKNYA MENGALAMI AUTISME. (S-1)
7. HUBUNGAN
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI DENGAN POLA LAKTASI PADA BAYI BARU LAHIR
SAMPAI UMUR 4 BULAN DI PERUMAHAN TNI-AL KENJERAN SURABAYA.(S-1)
8. PENGARUH
KONSELING KELUARGA TERHADAP PERBAIKAN PERAN KELUARGA DALAM PENGELOLAAN PASIEN
DIABTES MELLITUS DI WILAYAH PUSKESMAS BANYU URIP SURABAYA.(S-1)
9. STUDI
TENTANG GANGGUAN KONSEP DIRI PADA KLIEN GANGREN DIABETIK DI RSUD. DR. SOETOMO
SURABAYA.(S-1)
10. PENGARUH
KEPUASAN PASIEN ATAS ASUHAN KEPERAWATAN TERHADAP KESETIAAN PASIEN RAWAT
INAP DI RUANG PENYAKIT DALAM DAN RUANG BEDAH KECELAKAAN RSUD BLAMBANGAN
BANYUWANGI.(S-1)
11. ANALISA
HUBUNGAN KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL PERAWAT TERHADAP TINGKAT
KEPUASAN PASIEN DI RUANG PERAWATAN BEDAH RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG –
NTT.(S-1)
12. HUBUNGAN
PEMBERIAN INTERVENSI KEPERAWATAN DAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN ANGINA
PEKTORIS.(S-1)
13. STUDI
TENTANG GANGGUAN BODI IMAGE PADA KLIEN FRAKTUR FEMUR DENGAN
PEMAKAIAN SKELETAL TRAKSI DI RUANG BEDAH RSUD DR SOETOMO SURABAYA.(S-1)
14. EFEKTIFITAS
PERAN KELOMPOK PENDUKUNG DALAM PELAKSANAAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
TERHADAP PENINGKATAN KONSEP DIRI PADA KLIEN MENOPAUSE DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GAYAMAN, DS. KENANTEN, KEC. PURI, KAB. MOJOKERTO. (S-1)
15. STUDI
TENTANG GANGGUAN HARGA DIRI PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG DIRAWAT DI
RUANG RAWAT INAP PENYAKIT DALAM RSUD DR. SOETOMO SURABAYA. (S-1)
16. PERAN
SERTA KADER POSYANDU DALAM UPAYA PENINGKATAN STATUS GIZI BALITA MELALUI
PENYULUHAN KESEHATAN DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN NGAWEN,
KABUPATEN BLORA, JAWA TENGAH. (S-1)
17. HUBUNGAN
MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA. (S-1)
18. FAKTOR-FAKTOR
INTERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESULITAN BELAJAR MAHASISWA DI AKADEMI
KEPERAWATAN DR. SOEDONO MADIUN. (S-1)
19. HUBUNGAN
MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH KEBUTUHAN DASAR
MANUSIA DAN PROSES KEPERAWATAN ( MA.105 ) PADA MAHASISWA TINGKAT I AKPER
DEPKES BIMA. (S-1)
20. HUBUNGAN
PENGETAHUAN DOKTER TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN SIKAP DOKTER TERHADAP
PROFESI KEPERAWATAN DI RSUD GAMBIRAN KEDIRI. (S-1)
21. ANALISA
HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN KONDISI KERJA TERHADAP STRES PERAWAT ICU RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH DR. SOETOMO SURABAYA. (S-1)
22. ANALISA
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPATUHAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN
PROTAP PEMASANGAN INFUS (STUDI DI INSTALASI RAWAT DARURAT TRIAGE RSUP SANGLAH
DENPASAR) . (S-1)
23. HUBUNGAN
ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL KLIEN
DENGAN KRISIS PENYAKIT/PENDERITAAN/KEMATIAN (PENELITIAN CROSS SECTIONAL DI
RUANG BEDAH DAN INTERNA RSUD. PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG) . (S-1)
24. ANALISA
PERBANDINGAN PELAKSANAAN PERAN PERAWAT SECARA INDEPENDEN DAN DEPENDEN
PADA KASUS GASTROENTERITIS (PENELITIAN DESKRIPTIF ANALITIK DI RUANG ANAK RS.
ISLAM SURABAYA) . (S-1)
25. HUBUNGAN
PERAWATAN BATUK DARAH DENGAN TINGKAT KECEMASAN KLIEN TB PARU (PENELITIAN STUDI
KORELASI DI IRNA PARU RSUD ULIN BANJARMASIN) . (S-1)
26. FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT DHF DI MASYARAKAT (PENELITIAN
CROSS SECTIONAL DI PERUMAHAN LOKOJOYO KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG JAWA
TENGAH) . (S-1)
27. STUDI
PERBANDINGAN PERSEPSI PASIEN JPS DAN NON JPS TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI
RUANG BEDAH B DAN D RSUD DR. SOETOMO SURABAYA. (S-1)
28. FAKTOR–FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN KLIEN DENGAN HEMOPTISIS (PENELITIAN
CROSS SECTIONAL DI RUANG PARU-PARU RSUD DR. SOETOMO SURABAYA) . (S-1)
29. HUBUNGAN
KOMUNIKASI PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN YANG DILAKUKAN
PEMBEDAHAN
( STUDI ANALITIK
CROSS SECTIONAL DI RUANG BEDAH KELAS II RSU RATU ZALECHA MARTAPURA KALSEL) .
(S-1)
30. STUDI
TENTANG HUBUNGAN TINDAKAN KEPERAWATAN PREOPERATIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN
KLIEN DENGAN FRAKTUR DI RUANG BEDAH B RSUD DR. SOETOMO SURABAYA. (S-1)
31. HUBUNGAN
KOMUNIKASI PERAWAT TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PADA PASIEN YANG DIRAWAT
DI UNIT PERAWATAN KRITIS RUMKITAL DR. RAMELAN SURABAYA. (S-1)
32. HUBUNGAN
PENGETAHUAN, SIKAP PERAWAT DAN PENDOKUMENTASIAN KEPERAWATAN DI RUANGAN PENYAKIT
DALAM RUMKITAL DR. RAMELAN (PENELITIAN CROSS SECTIONAL DI RUMAH SAKIT ANGKATAN
LAUT DR. RAMELAN) . (S-1)
33. HUBUNGAN
PENGETAHUAN PERAWAT DAN PERAN PERAWAT SEBAGAI PELAKSANA DALAM PENANGANAN
PASIEN GAWAT DARURAT DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER (PENELITIAN CROSS
SECTIONAL DI IRD LANTAI 1 RSUD DR. SOETOMO SURABAYA) . (S-1)
34. HUBUNGAN
ANTARA BEBAN KERJA DAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP MEDICAL
BEDAH RSUD DOKTER SOEBANDI JEMBER. (S-1)
35. HUBUNGAN
PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DALAM INTERVENSI KEPERAWATAN PADA BAYI RESIKO
TINGGI HIPOTERMI (STUDI DESKRIPTIF ANALITIK DI RUANG NEONATOLOGI RSUD DR.
SOETOMO SURABAYA) . (S-1)
36. FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI PERAWAT UNTUK MELANJUTKAN PENDIDIKAN PADA
JENJANG PENDIDIKAN TINGGI KEPERAWATAN (PENELITIAN CROSS SECTIONAL DI RSUD ULIN
BANJARMASIN) . (S-1)
37. HUBUNGAN
PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN ORAL
HYGIENE PADA PASIEN STROKE (PENELITIAN CROSS SECTIONAL DI RSUD DR. SOEROTO
NGAWI) . (S-1)
38. STUDI
TENTANG FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN KOMITE KEPERAWATAN DALAM
JAMINAN KUALITAS ASUHAN KEPERAWATAN DI RSUD SIDOARJO. (S-1)
39. PENGARUH
PERAWATAN LUKA BERSIH MENGGUNAKAN SODIUM KLORIDA 0,9 % DAN POVIDINE IODINE 10 %
TERHADAP PERCEPATAN PENYEMBUHAN LUKA PADA KLIEN PASCA SECSIO CAESAR (PENELITIAN
QUASY- EKSPERIMENTAL (POST-TEST CONTROL GROUP DESIGN) DI RUANG
BERSALIN RSUD DR. SOEBANDI JEMBER) . (S-1)
40. FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG
PENYAKIT DALAM RSUD.A.WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA. (S-1)
41. HUBUNGAN
ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT DAN PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA EPISIOTOMI PADA
PERSALINAN NORMAL (PENELITIAN CROSS SECTIONAL DI RUANG OBSTETRI RSUD RATU
ZALECHA MARTAPURA) . (S-1)
42. PENGARUH
GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA. (S-1)
GAYA HIDUP WANITA KELAS MENENGAH YANG HIDUP DI KOTA-KOTA METROPOLITAN YANG MUNCUL AKIBAT KETIDAK SADARAN MEREKA AKAN PENG-KONSTRUKSIAN GAYA HIDUP.
GAYA HIDUP WANITA KELAS MENENGAH YANG HIDUP DI KOTA-KOTA METROPOLITAN YANG MUNCUL AKIBAT KETIDAK SADARAN MEREKA AKAN PENG-KONSTRUKSIAN GAYA HIDUP.
2.
PENELITIAN HUBUNGAN
ANTARA PERAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN INJECTING DRUG USER (IDU) USIA 15-35 TAHUN
3.
PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KEGAWATAN NAFAS DAN TINDAKAN
RESUSITASI PADA NEONATUS YANG MENGALAMI KEGAWATAN PERNAFASAN DI RUANG NICU,
RUANG PERINATOLOGI DAN RUANG ANAK RSUD GUNUNG JATI CIREBON ?
4. HUBUNGAN PENERAPAN ASPEK SPIRITUALITAS PERAWAT
DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PADA PASIEN RAWAT INAP
DI
RUMAH SAKIT HAJI MAKASSAR
5. PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG
KEGAWATAN NAFAS DAN TINDAKAN RESUSITASI PADA NEONATUS YANG MENGALAMI KEGAWATAN
PERNAFASAN DI RUANG NICU, RUANG PERINATOLOGI DAN RUANG ANAK RSUD GUNUNG JATI
CIREBON
6. PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA BANTU VCD DAN MODUL
TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU
POSTPARTUM DI BANGSAL ANGGREK 2 RSUP DR. SARDJITO
7. GAMBARAN
SISTEM PENGELOLAAN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT LANCANG KUNING PEKANBARU TAHUN
2008
8. HUBUNGAN
PENGATAHUAN DAN SIKAP MURID KELAS V SD
TERHADAP PENCEGAHAN KARIES GIGI
DI WILAYAH PUSKESMAS CAKRANEGARA.
9. HUBUNGAN KEADAAN
FASILITAS SANITASI TERHADAP KEBERSIHAN PASAR DI PASAR KARANG LELEDE KOTA MATARAM
10. PENGERUH TEKNIK RELAKSASI BERNAFAS TERHADAP
RESPON ADAPTASI NYERI PADA PASIEN INPARTU KALA I
11. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP PERILAKU KUNJUNGAN PEMERIKSAAN
KEHAMILAN DI PUSKESMAS RAWAT INAP KEDATON BANDAR LAMPUNG
12. DAYA
HAMBAT VITAMIN C TERHADAP KERUSAKAN MEMBRAN SEL
DARAH MERAH AKIBAT FOTOSINTESIER OFLOKSASIN YANG DIINDUKSI ULTRAVIOLET
13. PENILAIAN STANDAR PELAYANAN RUMAH SAKIT MELALUI
KEPATUHAN PROSEDUR KERJA DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS
14. KEBIASAAN BEROLAHRAGA DAN KEBIASAAN MEROKOK SECARA NYATA MEMBERIKAN
PENGARUH TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI SISWA-SISWI SMA 2 PAYAKUMBUH
15. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU
HAMIL TERHADAP PERILAKU KUNJUNGAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI PUSKESMAS RAWAT INAP
KEDATON BANDAR LAMPUNG
16. PENGARUH PEMBERIAN JUS MENTIMUN TERHADAP TINGKAT PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA
HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL
TRESNA WERDHA (PSTW)
PUSPAKARMA MATARAM
Nov11
KODE | JUDUL |
K005 | Hubungan Pendidikan Keluarga Yang Telah Dialami Dengan Kecemasan Yang Dirasakan Keluarga Penderita Autis |
K012 | Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang K.E.P (Kurangenergi Protein) Dengan Perilaku Orang Tua Dalam Meningkatkan Status Gizi Balita Dengan K.E.P |
K030 | Asuhan Keperawatan Yang Baik Dan Benar Pada Keluarga Yang Salah Satu Anggota Keluarganya Menderita Penyakit Hipertensi (Studi Kasus) |
K037 | Efektivitas Pemberian Makanan Tambahan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Balita Malnutrisi Usia 1-2 Tahun di Puskesmas XXX |
K099 | Hubungan Peran Keluarga Dalam Memenuhi Kebutuhan Gizi Anak Dengan Status Gizi Anak Usia Prasekolah |
K025 | Hubungan Antara Pengetahuan Petugas Panti Tentang Adl Dengan Pemenuhan Kebutuhan ADL Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha |
K056 | Gambaran Konsep Diri (Peran) Klien Usia Lanjut Di Wilayah kerja Puskesmas XX |
K059 | Hubungan dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari di Wilayah Kerja Puskesmas XX. |
KO65 | Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Desa XX |
K077 | Gambaran Fungsi Intelektual Lansia Di Posyandu Lansia Desa XX |
K086 | Gambaran Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Lansia di Desa XX |
K089 | Pengaruh Latihan Gerak Pinggul (Stretching) Terhadap Tingkat Nyeri Punggung Bawah Pada Lansia (Studi di Sanggar Senam Bagas Desa XX) |
K093 | Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Minat Lansia Terhadap Posyandu Lansia |
K094 | Kebutuhan spiritualitas pada masyarakat lanjut usia / lansia |
K095 | Perubahan aktivitas seksual pada manusia lanjut usia (lansia) |
K100 | Pengaturan diet pada lansia dengan hipertensi di Desa XX |
K242 | Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Pengetahuan Tentang Gizi Pada Ibu Yang Mempunyai Balita Di Posyandu XX |
K243 | Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Lansia Terhadap Kegiatan Posyandu Lansia di Dusun XX |
K244 | Hubungan kemampuan koping dengan tingkat kecemasan klien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa Rumah Sakit |
K245 | Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Keberhasilan Toilet Training pada Anak Usia Pra Sekolah di TK XX |
K246 | Hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar anak (usia 3-5 tahun) di TK |
K247 | Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Pramenopause Terhadap Perubahan pada Masa Menopause di Kelurahan XX |
L035 | Hubungan antara Sikap Dengan Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah di Desa XX |
L036 | Pengetahuan Masyarakat Tentang Tanaman Obat Keluarga (Toga) Desa XX |
L037 | Gambaran Aktifitas Fisik Remaja dengan Status Obesitas sebagai Faktor Resiko DM Tipe 2 di SMAN XX |
L038 | Efektifitas Penyuluhan Tentang Menstruasi Terhadap Remaja Putri Kelas 2 Di SMPN XX |
10 Prinsip Manajemen Mutu
1.Terapkan PDCA dalam Setiap Tindakan
Pengendalian dan perbaikan mutu merupakan kegiatan yang berkelanjutan yang harus dijalankan secara sistematis dengan menerapkan pendekatan manajemen (PDCA) PLAN, DO, CHECK and ACTION ( Urutan Prioritas) dari setiap Karakteristik
Setelah memahami ekspektasi pelanggan terhadap karakteristik mutu produk, kita dapat melanjutkan pertanyaan ketiga tentang bagaimana kepentingan relatif ( urutan prioritas ) dari setiap karakteristik itu. Untuk menjawab pertanyaan ini, kita dapat menggunakan suatu alat yang populer dewasa ini, yaitu: Penyebaran Fungsi Mutu ( Quality Function Deployment = QFD ).
Dalam kenyataan , karakteristik mutu yang diinginkan oleh pelanggan, tingkat ekspektasi pelanggan dan kepentingan relatif dari setiap kreteria dapat saling bertentangan, sebagai misal :
Mobil dengan akselerasi cepat dan hemat dalam penggunaan bahan bakar merupakan karakteristik yang diinginkan pelanggan, namun memiliki trade off di antara kedua karakteristik itu.
Restoran dengan pelayanan prima, makanan yang enak, dan harga yang rendah, merupakan karakteristik mutu yang dinginkan oleh pelanggan, namun saling bertentangan dengan satu dan lainnya.
Sistem komputer dengan keamaman tinggi dan akses yang mudah, merupakan karakteristik mutu yangdiinginkan pelanggan, namun saling bertentangan antara satu dengan yanglkainnya
engineering design yang aman, andal, efesien, dan tidak mahal merupakan karakteristik mutu yang dinginkan pelanggan, namun).
2.Kendalikan kegiatan sejak awal
Pengendalian mutu hendaknya dilakukan sejak awal atau sedini mungkin pada setiap proses, sebab keterlambatan pengendalian akan menjadi penerobosan yang tidak perlu yang sebenarnya dicegah.
3.Jangan menyalahkan orang lain
Sikap menyalahkan orang lain tidak akan menyelesaikan masalah. Sebaliknya akan menimbulkan masalah baru. Bila ditemukan masalah, jangan mencari siapa yang bersalah.Tetapi pikirkanlah penyebab terjadinya masalah dan temukan langkah-langkah perbaikannya.
4.Bertindak berdasarkan prinsip prioritas
Prinsip prioritas adalah prinsip mengutamakan yang utama, atau mendahulukan yang penting dalam melakukan suatu tindakan. Sebelum bertindak, pertimbangkan tingkat kepentingan dari apa yang akan dilakukan. Bila tindakan itu terkait dengan pemecahan masalah, prioritas hendaknya diberikan pada masalah yang paling penting atau paling besar pengaruhnya dalam pencapaian tujuan. Biasanya dalam pemecahan masalah juga berlaku prinsip pareto atau prinsip 20:80, artinya dalam pemecahan suatu masalah, hendaknya prioritas diberikan pada 20% penyebab utamanya yang menimbulakn dampak perbaikan 80%.
5.Proses berikutnya adalah Pelanggan
Pelanggan adalah proses berikutnya yang menerima atau menggunakan jasa atau produk dari proses sebelumnya. Dalam rangkaian diagram diatas, A sampai L adalah pelanggan. Konsep hubungan pelanggan-pemasok ini bisa diaplikasikan secara internal maupun secara eksternal.Secara internal, setiap proses adalah pelanggan saat menerima hasil kerja dari unit lain. Secara eksternal semua mata rantai produk, mulai dari distributor, agen, pengecer sampai pembeli atau pemakai langsung suatu produk atau jasa adalah termasuk dalam pengertian hubungan pelanggan-pemasok.
Setiap proses berikutnya memiliki empat hal pokok yang sangat penting dan menjadi fokus pemikiran bagi proses sebelumnya.Empat hal pokok itu adalah kebutuhan, persyratan, harapan, dan persepsi.Kedua pihak hendaknya sebelumnya harus memikirkan apa yang dibutuhkan, diisyaratkan, diharapakan dan dipersepsikan oleh proses berikutnya. Upaya sistematis untuk mengidentifikasi dan memenuhi empat hal pokok itu dinamakan fokus pelanggan.
6.Setiap Tindakan Perbaikan Diikuti Pencegahan
Tindakan koneksi adalah tindakan awal untuk menghilangkan fenomena dari suatu kondisi yang tidak diinginkan. Kondisi yang tidak diinginkan adalah masalah. Misalnya terjadi penyimpangan berat produk. Setelah penyimpanagan dikoreksi, selanjutnya perlu dianalisa secara lebih teliti sampai ditemukan akar penyebab yang paling dalam. Bila akar penyebab telah dapat diidentifikasi, maka selanjutnya dipikirkan alternatif cara yang paling efektif untuk mencegah terulangnya masalah yang sama.Tindakan koreksi dan tindakan pencegahan idealnya dilakukan bersamaan terhadap suatu maslah.Contoh tindakan pencegahan pada contoh kasus di atas misalnya melakukan kalibrasi secara berkala terhadap mesin pengantongan dan menyediakan prosedur untuk pemeliharaan preventif.
Apa yang dikatakan standar ISO 9001 tentang perbaikan? Perusahaan harus mengambil langkah-langkah untuk mengeliminasi penyebab terjadinya ketidak sesuaian agar masalah yang sama tidak terulang kembali.Tindakan yang diambil haruslah dengan dampak yang ditimbulkan.
Apa yang dikatakan standar tentang pencegahan? Perusahaan harus memastikan langkah-langkah yang diambil untuk menghilangkan penyebab-penyebab ketidak sesuaian untuk pencegahan yang diambil haruslah sesuai dengan dampak potensi yang ditimbulkan.
Fokus sistem manajemen mutu pada hakekatnya adalah mencegah terjadinya kegagalan pada seluruh tahapan mulai input,proses sampai outpru akhir dengan pendekatan sistematik holistik, sinergistik dan antisipatif.
7.Berbicara berdasarkan Data
Data adalah dasar untuk melakukan suatu tinadakan. Dalam penyelesaian masalah data menjadi landasan bertindak agar keputusan yang diambil tepat dan benar. Agar pemanfaatan data dapat tepat dan benar maka pendekatan statistik sangat dianjurkan dalam sistem manajemen mutu industri otomotif ISO / TS 16949 penerapan statistik merupakan keharusan.
8.Perbaikan Diawali dengan Penetapan Sasaran
Tujuan dari suatu tindakan haruslah jelas dan ditentukan sejak awal agar efektivitas tindakan dapat dinilai secara objektif. Sistem manajemen mutu ISO 9001 mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan. Dikatakan : sasaran-sasaran muttu, termasuk sasaran lainnya yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian produk ditetapkan pada unit-unit fungsional pada berbagai tingkatan dalam perusahaan.Sasaran mutu dibuat spesifik dan sejalan dengan kebijakan mutu.
Sasaran perlu ditetapkan agar evaluasi keberhasilan dapat dilakukakn setelah perbaikan.Dalam penetapan sasaran biasanya digunakan prinsip “SMART”.
S =Spesific : sasaran harus jelas dan spesifik
M =Measurable : sasaran harus dapat diukur
A =Attainable : sasaran harus realistis dan mungkin dicapai
R =Reasonable : harus ada alasan terhadap pemilihan sasaran.
T =Time : sasaran harus dicapai dalam waktu yang telah ditentukan.
9.Market in Concept
Konsep dasar merupakan suatu pendekatan dalam pengembangan produk dengan memfokusakan perhatian pada kebutuhan pasar, bukan pada apa yang mampu diproduksi atau dibuat oleh perusahaan. Hampir sama dengan konsep fokus pelanggan, konsep pasar lebih menekankan pada kebutuhan pasar.Sebelum memproduksi secara massal sebaiknya prusahaan meliti kebutuhan pasar.Secara lebih fokus kebutuhan pasar berarti melihat kebutuhan,persyratan, harapan, calon pelanggan pad segmen yang menjadi terget.
10.Biasakan Mencatat, Membuat Prosedur dan Menetapkan Standar.
Menyediakan prosedur tertuilis dan penetapan standar mutu/hasil kerja harus selalu dijadikan kebiasaan dalam setiap kegiatan, sehingga tidakan pengendalian dan penungkatan mutu dapat lebih konsisten dan mudah dilakukan.
Sumber :
http://www.pdambandarmasih.com/forumpdam/index.php?topic=10.0
2 Juli 2008
Sumber Gambar:
http://www.jeffayres.co.uk/Graphics/QualityManagement.jpg
Kepemimpinan Dalam Keperawatan
Kepemimpinan Dalam Keperawatan
A. Pengertian
/ Istilah
1
Kepemimpinan
a. Menurut
Stogdill :
Proses mempengaruhi aktifitas
suatu kelompok yang terorganisasi dalam usahanya mencapai penetapan tujuan dan
pencapaian tujuan
b. Menurut
Gardner:
Proses bujukan dan contoh dimana
seseorang individu atau tim kepemimpinan mempengaruhi kelompok untuk mengambil
tindakan yang sesuai dengan tujuan pemimpin tersebut atau sesuai dengan tujuan
bersama
c. Menurut
Merton:
Kepemimpinan sebagai suatu
transaksi sosial dimana seseorang mempengaruhi orang lain.
d. Menurut
Mc Gregor:
Kepemimpinan merupakan suatu
hubungan yang sangat kompleks yang berubah bersama waktu seperti perubahan yang
dilakukan oleh manajemen, serikat kerja atau kekuatan luar.
e. Menurut
Talbott:
Kepemimpinan merupakan bahan vital
yang merubah suatu kerumunan orang
menjadi organisasi yang berfungsi dan bermamfaat.
2
Pemimpin
Adalah seorang yang akan diikuti
/ dipatuhi oleh orang lain secara sukarela / tanpa paksaan. (Lundberg, 1982)
3
Manager
Adalah seorang yang melaksanakan
fungsi menejerial
- Karateristik Pemimpin yang baik
Pemimpin yang baik hendaknya
memiliki karateristik sebagai berikut:
1. Tanggung
Jawab yang Seimbang.
Keseimbangan dini adalah antara
tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap
orang yang harus mengerjakan pekerjaan tersebut.
2. Mode
Perencanaan yang Positif.
Seorang pemimpin yang baik harus
dapat dijadikan panutan dan contoh oleh bawahannya. Misalnya ia mengharapkan
bawahannya untuk tepat waktu. Maka pemimpin tersebut harus bersikap tepat waktu
dalam memenuhi janji atau melaksanakan tugasnya.
3. Memilih
Keterampilan Komunikasi Yang Baik
Pemimpin harus dapat menyampaikan
ide-idenya secara singkat dan jelas, serta dengan cara yang tepat.
4. Memiliki
Pengaruh yang Positif.
Seorang pemimpin yang baik
memiliki pengaruh terhadap bawahannya
dan menggunakan pengaruh tersebut untuk hal hal yang positif.
5. Mempunyai
Kemampuan Untuk Meyakini Orang Lain
Peminpin yang sukses adalah
pemimpin yang dapat menggunakan keterampilan komunikasi dan pengaruhnya untuk meyakinkan
orang lain terhadap ide-idenya / sudut pandangnya serta mengarahkan mereka pada
tanggung jawab terhadap ide / sudut pandangnya tersebut.
- Gaya Kepemimpinan
Adalah suatu cara yang digunakan
peminpin dalam berinteraksi dengan bawahannya. Umumnya dikenal 5 gaya
kepemimpinan, yakni:
1. Kepemimpinan
otokratis.
Disebut juga kepemimpinan
diktator atau directif. Orang yang menganut pendekatan ini mengambil keputusan
tanpa berkonsultasi dengan para bawahannya yang harus melaksanakan keputusannya
atau karyawan yang dipengaruhi keputusan tersebut.
2. Kepemimpinan
demokratis.
Gaya kepemimpinan ini dikenal
pula dengan kepemimpinan konsultif atau konsensus. Orang yang menganut
pendekatan ini melibatkan para karyawan yang harus melaksanakan keputusan dalam
proses perbuatannya. Sebenarnya yang membuat keputusan akhir adalah pemimpin,
namun sebelumnya telah menerima masukan dan rekomendasi dari anggota tim.
3. Kepemimpinan
partisipatif.
Gaya kepemimpinan ini juga
dikenal dengan istilah kepemimpinan terbuka, bebas dan non directif. Orang yang
menganut pendekatan ini hanya sedikit memegang kendali dalam proses pengambilan
keputusan. Ia menyajikan informasi mengenai sesuatu permasalahan dan memberikan
kesempatan kepada anggota tim ( bawahan ) untuk mengembangkan strategi dan pemecahannya.
4. Kepemimpinan
berorientasi pada tujuan
Gaya kepemimpinan ini juga
disebut kepemimpinan berdasarkan hasil-hasil atau sasaran. Orang yang menganut
pendekatan ini meminta anggota tim / bawahannya untuk memusatkan perhatian
hanya pada tujuan / sasaran yang ada.
5. Kepemimpinan
situasional.
Gaya kepemimpinan ini dikeanl
sebagai kepemimpinan tidak tetap. Asumsi yang digunakan dalam gaya ini adalah
bahwa tidak ada suatupun gaya kepemimpinan yang tepat bagi setiap manager dalam
semua kondisi.
Pada era globalisasi, dalam dunia
keperawatan para manager keperawatan tidak hanya melakukan pendekatan terhadap
5 gaya kepemimpinan yang disebut diatas. Namun harus memiliki gaya kepemimpinan
yang berdasarkan nilai-nilai luhur keperawatan yang didasarkan pada falsafah keperawatan
dengan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat melalui manajemen operasional
dan manajemen asuhan keperawatan.
- Pemimpin Keperawatan ( Nursing Manager)
Kepemimpinan keperawatan
mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pasien meskipun mereka
kelihatannya jauh dari pasien. Para pemimpin keperawatan melakukan kontak
dengan pasien secara langsung maupun tidak langsung. Stomer (1985) mengemukakan sebaiknya seorang
pemimpin keperawatan / manager keperawatan mendorong stafnya untuk melaksanakan
melalui:
1. Membuat
kebijaksanaan yang jelas dan mendorong perilaku etikal.
2. Tanggung
jawab kepemimpinan.
3. Menyebarluaskan
kode etik melalui teknik kerja yang aktif.
4. Mendorong
staf untuk menambah pengetahuannya melalui kursus-kursus, pelatihan atau
pendidikan keperawatan berkelanjutan.
Hal-hal yang perlu dilakukan
untuk menjadi seorang pemimpin keperawatan yang sukses adalah sebagai berikut:
1. Meluaskan
pandangan hari ini kemasa depan
2. Mengetahui
posisi diri.
3. Sensitif
terhadap masalah dan melihat pengaruhnya.
4. Mengikuti kecenderungan / perubahan-perubahan.
5. Mempelajari
alat / hal-hal yang harus dikuasai
6. Berfikir
terus-menerus
7. Pendengar
yang baik.
8. Mempelajari
peraturan.
9. Mencegah
merendahkan orang lain.
10. Mengembangkan
keadaan yang tidak menentang.
11. Belajar
mempercayai.
12. Meningkatkan
harga diri.
13. Gembira.
14. Berusaha
untuk maju.
15. Menjadi
seorang pemimpin.
Dengan demikian seorang pemimpin
keperawatan harus memahami kunci-kunci keterampilan dalam manajemen keperawatan
antara lain:
1. Keterampilan
berkomunikasi.
2. Keterampilan
memberi motivasi kepada staf.
3. Keterampilan
kepemimpinan.
4. Keterampilan
mengatur waktu.
5. Penyelesaian
masalah dan pengambilan keputusan.
- Penerapan Kepemimpinan Dalam Keperawatan
Mengimplementasikan kepemimpinan
dalam keperawatan merupakan tanggung jawab perawat, melalui kepemimpinan yang
efektif diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan. Untuk itu diperlukan
suatu keterampilan kepemimpinan. Kepemimpinan yang efektif divisualisasikan
sebagai suatu rantai yang kokoh, dimana satu dengan lainnya saling berhubungan.
Menurut Kron (1981), dalam
bukunya "The Management of Patient Care " memaparkan tentang
kegiatan-kegiatan untuk mencapai kepemimpinan yang efektif melalui :
1. Perencanaan
dan pengorganisasian.
Adalah pekerjaan / kegiatan yang
harus dilakukan oleh perawat. Untuk itu diperlukan koordinasi sehingga semua
kegiatan dapat dikerjakan dengan baik. Adalah menjadi suatu kewajiban perawat
menciptakan suasana yang memberikan kenyamanan dan keamanan pada pasien melalui
suatu pengorganisasian yang baik.
2. Membuat
penegasan dan memberi pengarahan (making assigments and giving directions)
Dengan berbagai metode dalam
memberi penugasan di rumah sakit maka diperlukan memberi pengarahan secara
jelas dan singkat.
3. Memberi
bimbingan (Providing guidence)
Bimbingan adalah suatu alat yang
penting dalam keperawatan. Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk membantu
stafnya dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan, sehingga pasien mendapat
kepuasan dalam asuhan keperawatan.
4. Mendorong
kerja sama dan partisipasi (Encouraging cooperation and participation)
Kerjasama merupakan hubungan yang
erat untuk dapat berpartisipasi, misalnya perawat melakukan kesalahan maka
berikan informasi dan jelaskan melalui suatu diskusi. Hargai upaya yang telah
dilakukan sehingga nanti dapat mengkoreksi kesalahannya. Oleh karena itu proses
kepemimpinan keperawatan dalam kerja sama tim (team work) adalah sangat penting
sehingga dapat meningkatkan kerja sama antara perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
5. Mengkoordinasikan
kegiatan ( Coordinating Activities)
Mengkoordinasikan kegiatan dalam
suatu unit/ruangan merupakan kegiatan yang penting dalam kepemimpinan
keperawatan. diinformasikan kepada perawat tentang kegiatan yang ada diruangan,
dibutuhkan juga laporan tentang pencapaian pekerjaan oleh staf perawat.
6. Observasi/supervisi
(Observing or Supervising)
Mengawasi staf perawat dan
pekerjaannya merupakan tanggung jawab yang besar dari seorang pemimpin
keperawatan. Dibutuhkan kemampuan untuk meneliti asuhan keperawatan yang
dibedakan pada pasien dengan aspek individunya. Untuk dibutuhkan juga di dalam
pengawasan / observasi tidak hanya penampilan fisik tetapi kemungkinan emosi
dan pengertian dari staf dalam memberi asuhan keperawatan.
7. Evaluasi
Hasil penampilan kerja (evaluating performance results)
Evaluasi merupakan proses
berkelanjutan untuk menganalisa kekuatan dan kelemahan staf dalam bekerja
sehingga dapat mendorong mereka bekerja dengan baik. Seorang pemimpin juga
harus mengevaluasi dirinya sendiri baik sebagai perawat ataupun sebagai
peminpin secara jujur.
DAFTAR PUSTAKA
Andrew Mc. Chile, MA, Phd., Penerapan Psikologi Dalam Perawatan, Yayasan Esentia
Medika, Yogyakarta, 1996.
Charles Abraham, Eaman Shanley, Editor Yasmin Asih, S.Kp., Psikologi Sosial Untuk Perawat, EGC, Jakarta,
1997.
Elaine L. La Monica, alih
bahasa Dra. Elly Nurachman, S.Kp., M.App.Sc., Kepemimpinan
& manajemen Keperawatan, EGC, Jakarta, 1998.
Thara Kron, RN, BS, The
Management of Patient Care , WB. Saunders Company, Philadelphia, 1981
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
JUAL BARANG UNIK
1.KULKAS MINI USB
2.KIPAS ANGIN MINI TANPA BALING
3.ALAT PENGUSIR TIKUS DAN SERANGGA ELEKTRONIK
4.PROYEKTOR MINI MURAH (UNTUK NONTON BARENG DENGAN KAWAN2)
5.LAMPU TIDUR BERMOTIF BULAN DAN BINTANG (UNTUK ANAK)
6.KULKAS MINI PANAS ATAU DINGIN
7. EKSTERNAL CD ROOM 145rb
8. JUAL SETRIKA MINI
9.KUNCI PINTU OTOMATIS DAN CANGGIH
10.ALARM ANTI MALING MURAH Rp.6.500 PASANG DIPINTU atau JENDELA, JIKA DIBUKA ALARM BUNYI
11.SPIDOL AJAIB, MENGHILANGKAN BERET MOTOR ATAU MOBIL SECARA PERMANEN DAN SEGALA WARNA
12.LAMPU LED PENTIL, BIKIN KENDARAAN KEREN RP.5000
13.PEMUTIH GIGI ALAMI, DISARANKAN OLEH DOKTER
14.BRA PEMBESAR PAYUDARA
15.KORSET PELANGSING MURAH
16. ALAT PENDETEKSI UANG PALSU Rp.65.000
17. ALAT LABEL HARGA Rp.58.000
18.BANTAL PANAS UNTUK TERAPI
19.LILIN ELEKTRIK ROMANTIS Rp. 18.000
2.KIPAS ANGIN MINI TANPA BALING
3.ALAT PENGUSIR TIKUS DAN SERANGGA ELEKTRONIK
4.PROYEKTOR MINI MURAH (UNTUK NONTON BARENG DENGAN KAWAN2)
5.LAMPU TIDUR BERMOTIF BULAN DAN BINTANG (UNTUK ANAK)
6.KULKAS MINI PANAS ATAU DINGIN
7. EKSTERNAL CD ROOM 145rb
8. JUAL SETRIKA MINI
9.KUNCI PINTU OTOMATIS DAN CANGGIH
10.ALARM ANTI MALING MURAH Rp.6.500 PASANG DIPINTU atau JENDELA, JIKA DIBUKA ALARM BUNYI
11.SPIDOL AJAIB, MENGHILANGKAN BERET MOTOR ATAU MOBIL SECARA PERMANEN DAN SEGALA WARNA
12.LAMPU LED PENTIL, BIKIN KENDARAAN KEREN RP.5000
13.PEMUTIH GIGI ALAMI, DISARANKAN OLEH DOKTER
14.BRA PEMBESAR PAYUDARA
15.KORSET PELANGSING MURAH
16. ALAT PENDETEKSI UANG PALSU Rp.65.000
17. ALAT LABEL HARGA Rp.58.000
18.BANTAL PANAS UNTUK TERAPI
19.LILIN ELEKTRIK ROMANTIS Rp. 18.000
Read more: http://www.artikel.indonesianrehabequipment.com/#ixzz2Mh1pw4vy