Senin, 28 Januari 2013

80 Judul Skripsi Keperawatan



1.       STUDI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETIDAKPATUHAN DIET PADA LANSIA  PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKONG KABUPATEN  PAMEKASAN (D-3)
2.       TINGKAT PENGETAHUAN IBU PRIMIPARA TENTANG PERAWATAN PAYUDARA DI RUANG BERSALIN RSUD PAMEKASAN (D-3)
3.       STUDI TINGKAT PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR PADA LANSIA PANTI WERDHA MOJOPAHIT MOJOKERTO (D-3)
4.       HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DALAM (MEMASANG DAN MERAWAT INFUS) TERHADAP KEJADIAN PLEBILIS DI RUANG MAWAR BAPELKES RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. WAHIDIN S. H.(D-3)
5.       HUBUNGAN TINGKAT NYERI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN POST OPERASI DIRUANG IRNA A RSUD SYARIFAH AMBANI RATO EBU BANGKALAN.(S-1)
6.       HUBUNGAN ANTARA JENJANG PENDIDIKAN DAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA YANG SALAH SATU ANAKNYA MENGALAMI AUTISME. (S-1)
7.       HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI DENGAN POLA LAKTASI PADA BAYI BARU LAHIR SAMPAI UMUR 4 BULAN DI PERUMAHAN TNI-AL KENJERAN SURABAYA.(S-1)
8.       PENGARUH KONSELING KELUARGA TERHADAP PERBAIKAN PERAN KELUARGA DALAM PENGELOLAAN PASIEN DIABTES MELLITUS DI WILAYAH PUSKESMAS BANYU URIP SURABAYA.(S-1)
9.       STUDI TENTANG GANGGUAN KONSEP DIRI PADA KLIEN GANGREN DIABETIK DI RSUD. DR. SOETOMO SURABAYA.(S-1)
10.   PENGARUH KEPUASAN PASIEN  ATAS ASUHAN KEPERAWATAN TERHADAP KESETIAAN PASIEN RAWAT INAP DI RUANG PENYAKIT DALAM DAN RUANG BEDAH KECELAKAAN RSUD BLAMBANGAN BANYUWANGI.(S-1)
11.   ANALISA HUBUNGAN KOMUNIKASI VERBAL  DAN NON VERBAL PERAWAT TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG PERAWATAN BEDAH RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG – NTT.(S-1)
12.   HUBUNGAN PEMBERIAN INTERVENSI KEPERAWATAN DAN TINGKAT KECEMASAN  PADA KLIEN ANGINA PEKTORIS.(S-1)
13.   STUDI  TENTANG GANGGUAN  BODI  IMAGE PADA KLIEN FRAKTUR FEMUR DENGAN PEMAKAIAN SKELETAL TRAKSI DI RUANG BEDAH RSUD DR SOETOMO SURABAYA.(S-1)
14.   EFEKTIFITAS PERAN KELOMPOK PENDUKUNG DALAM PELAKSANAAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK  TERHADAP PENINGKATAN KONSEP DIRI PADA KLIEN MENOPAUSE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN, DS. KENANTEN, KEC. PURI, KAB. MOJOKERTO. (S-1)
15.   STUDI TENTANG GANGGUAN HARGA DIRI PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG DIRAWAT DI RUANG RAWAT INAP PENYAKIT DALAM RSUD DR. SOETOMO SURABAYA. (S-1)
16.   PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM UPAYA PENINGKATAN STATUS GIZI BALITA MELALUI PENYULUHAN KESEHATAN DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN NGAWEN, KABUPATEN BLORA, JAWA TENGAH. (S-1)
17.   HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA. (S-1)
18.   FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESULITAN BELAJAR MAHASISWA DI AKADEMI KEPERAWATAN DR. SOEDONO MADIUN. (S-1)
19.   HUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DAN PROSES KEPERAWATAN ( MA.105 )  PADA MAHASISWA TINGKAT I AKPER DEPKES BIMA. (S-1)
20.   HUBUNGAN PENGETAHUAN DOKTER TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN SIKAP DOKTER TERHADAP PROFESI KEPERAWATAN DI RSUD GAMBIRAN KEDIRI. (S-1)
21.   ANALISA HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN KONDISI KERJA TERHADAP STRES PERAWAT ICU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOETOMO SURABAYA. (S-1)
22.   ANALISA HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPATUHAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PROTAP PEMASANGAN INFUS (STUDI DI INSTALASI RAWAT DARURAT TRIAGE RSUP SANGLAH DENPASAR) . (S-1)
23.   HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL KLIEN DENGAN KRISIS PENYAKIT/PENDERITAAN/KEMATIAN (PENELITIAN CROSS SECTIONAL DI RUANG BEDAH DAN INTERNA RSUD. PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG) . (S-1)
24.   ANALISA PERBANDINGAN PELAKSANAAN PERAN PERAWAT  SECARA INDEPENDEN DAN DEPENDEN PADA KASUS GASTROENTERITIS (PENELITIAN DESKRIPTIF ANALITIK DI RUANG ANAK RS. ISLAM SURABAYA) . (S-1)
25.   HUBUNGAN PERAWATAN BATUK DARAH DENGAN TINGKAT KECEMASAN KLIEN TB PARU (PENELITIAN STUDI KORELASI DI IRNA PARU RSUD ULIN BANJARMASIN) . (S-1)
26.   FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT DHF DI MASYARAKAT (PENELITIAN CROSS SECTIONAL DI PERUMAHAN LOKOJOYO KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG JAWA TENGAH) . (S-1)
27.   STUDI PERBANDINGAN PERSEPSI PASIEN JPS DAN NON JPS TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG BEDAH B DAN D RSUD DR. SOETOMO SURABAYA. (S-1)
28.   FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN KLIEN DENGAN HEMOPTISIS (PENELITIAN CROSS SECTIONAL  DI RUANG PARU-PARU RSUD DR. SOETOMO SURABAYA) . (S-1)
29.   HUBUNGAN KOMUNIKASI  PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN YANG DILAKUKAN PEMBEDAHAN              ( STUDI ANALITIK CROSS SECTIONAL DI RUANG BEDAH KELAS II RSU RATU ZALECHA MARTAPURA KALSEL) . (S-1)
30.   STUDI TENTANG HUBUNGAN TINDAKAN KEPERAWATAN PREOPERATIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KLIEN DENGAN FRAKTUR DI RUANG BEDAH B RSUD DR. SOETOMO SURABAYA. (S-1)
31.   HUBUNGAN KOMUNIKASI PERAWAT TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI UNIT PERAWATAN KRITIS RUMKITAL DR. RAMELAN SURABAYA. (S-1)
32.   HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP PERAWAT DAN PENDOKUMENTASIAN KEPERAWATAN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMKITAL DR. RAMELAN (PENELITIAN CROSS SECTIONAL DI RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT DR. RAMELAN) . (S-1)
33.   HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DAN PERAN PERAWAT SEBAGAI PELAKSANA DALAM PENANGANAN  PASIEN GAWAT DARURAT DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER (PENELITIAN CROSS SECTIONAL DI IRD LANTAI 1 RSUD DR. SOETOMO SURABAYA) . (S-1)
34.   HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA  DAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP MEDICAL BEDAH RSUD DOKTER SOEBANDI JEMBER. (S-1)
35.   HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DALAM INTERVENSI KEPERAWATAN PADA BAYI RESIKO TINGGI HIPOTERMI (STUDI DESKRIPTIF ANALITIK DI RUANG NEONATOLOGI  RSUD DR. SOETOMO SURABAYA) . (S-1)
36.   FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI PERAWAT UNTUK MELANJUTKAN PENDIDIKAN PADA JENJANG PENDIDIKAN TINGGI KEPERAWATAN (PENELITIAN CROSS SECTIONAL DI RSUD ULIN BANJARMASIN) . (S-1)
37.   HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN STROKE (PENELITIAN CROSS SECTIONAL DI RSUD DR. SOEROTO NGAWI) . (S-1)
38.   STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN KOMITE KEPERAWATAN DALAM JAMINAN KUALITAS ASUHAN KEPERAWATAN DI RSUD SIDOARJO. (S-1)
39.   PENGARUH PERAWATAN LUKA BERSIH MENGGUNAKAN SODIUM KLORIDA 0,9 % DAN POVIDINE IODINE 10 % TERHADAP PERCEPATAN PENYEMBUHAN LUKA PADA KLIEN PASCA SECSIO CAESAR (PENELITIAN QUASY- EKSPERIMENTAL  (POST-TEST CONTROL GROUP DESIGN)  DI RUANG BERSALIN RSUD DR. SOEBANDI JEMBER) . (S-1)
40.   FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG PENYAKIT DALAM RSUD.A.WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA. (S-1)
41.   HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT DAN PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA EPISIOTOMI PADA PERSALINAN NORMAL (PENELITIAN CROSS SECTIONAL DI RUANG OBSTETRI RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA) . (S-1)
42.   PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA. (S-1)

  GAYA HIDUP WANITA KELAS MENENGAH YANG HIDUP DI KOTA-KOTA METROPOLITAN YANG MUNCUL AKIBAT KETIDAK SADARAN MEREKA AKAN PENG-KONSTRUKSIAN GAYA HIDUP.
2.      PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN INJECTING DRUG USER (IDU) USIA 15-35 TAHUN
3.      PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KEGAWATAN NAFAS DAN TINDAKAN RESUSITASI PADA NEONATUS YANG MENGALAMI KEGAWATAN PERNAFASAN DI RUANG NICU, RUANG PERINATOLOGI DAN RUANG ANAK RSUD GUNUNG JATI CIREBON ?
Judul Skripsi Keperawatan
4.      HUBUNGAN PENERAPAN ASPEK SPIRITUALITAS PERAWAT DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PADA PASIEN RAWAT INAP  DI RUMAH SAKIT HAJI  MAKASSAR
5.      PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KEGAWATAN NAFAS DAN TINDAKAN RESUSITASI PADA NEONATUS YANG MENGALAMI KEGAWATAN PERNAFASAN DI RUANG NICU, RUANG PERINATOLOGI DAN RUANG ANAK RSUD GUNUNG JATI CIREBON
6.      PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA BANTU VCD DAN MODUL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POSTPARTUM DI BANGSAL ANGGREK 2 RSUP DR. SARDJITO
7.       GAMBARAN SISTEM PENGELOLAAN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT LANCANG KUNING PEKANBARU TAHUN 2008
8.      HUBUNGAN PENGATAHUAN DAN SIKAP MURID  KELAS V SD TERHADAP PENCEGAHAN KARIES GIGI DI WILAYAH PUSKESMAS CAKRANEGARA.
9.      HUBUNGAN KEADAAN FASILITAS SANITASI TERHADAP KEBERSIHAN PASAR DI PASAR KARANG LELEDE KOTA MATARAM
10.  PENGERUH TEKNIK RELAKSASI BERNAFAS TERHADAP RESPON ADAPTASI NYERI PADA PASIEN INPARTU KALA I
11.  HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL  TERHADAP PERILAKU KUNJUNGAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI PUSKESMAS RAWAT INAP KEDATON BANDAR LAMPUNG
12.  DAYA HAMBAT VITAMIN C TERHADAP KERUSAKAN MEMBRAN SEL  DARAH MERAH AKIBAT FOTOSINTESIER OFLOKSASIN  YANG DIINDUKSI ULTRAVIOLET
13.  PENILAIAN STANDAR PELAYANAN RUMAH SAKIT MELALUI KEPATUHAN PROSEDUR KERJA DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS
14.  KEBIASAAN BEROLAHRAGA DAN KEBIASAAN MEROKOK SECARA NYATA MEMBERIKAN PENGARUH TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI SISWA-SISWI SMA 2 PAYAKUMBUH
15.  HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP PERILAKU KUNJUNGAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI PUSKESMAS RAWAT INAP KEDATON BANDAR LAMPUNG
16.  PENGARUH PEMBERIAN JUS MENTIMUN TERHADAP   TINGKAT  PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI             DI PANTI SOSIAL TRESNA  WERDHA (PSTW)                                             PUSPAKARMA MATARAM
 
KODE JUDUL
K005 Hubungan Pendidikan Keluarga Yang Telah Dialami Dengan Kecemasan Yang Dirasakan Keluarga Penderita Autis
K012 Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang K.E.P (Kurangenergi Protein) Dengan Perilaku Orang Tua Dalam Meningkatkan Status Gizi Balita Dengan K.E.P
K030 Asuhan  Keperawatan   Yang  Baik  Dan  Benar  Pada  Keluarga  Yang  Salah  Satu  Anggota  Keluarganya Menderita  Penyakit  Hipertensi (Studi Kasus)
K037 Efektivitas Pemberian Makanan Tambahan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Balita Malnutrisi Usia 1-2 Tahun di Puskesmas XXX
K099 Hubungan Peran Keluarga Dalam Memenuhi Kebutuhan Gizi Anak Dengan Status Gizi Anak Usia Prasekolah
K025 Hubungan Antara Pengetahuan Petugas Panti Tentang Adl Dengan Pemenuhan Kebutuhan ADL Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha
K056 Gambaran Konsep Diri (Peran) Klien Usia Lanjut Di Wilayah kerja Puskesmas XX
K059 Hubungan dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari di Wilayah Kerja Puskesmas XX.
KO65 Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Desa XX
K077 Gambaran Fungsi Intelektual Lansia Di Posyandu Lansia Desa XX
K086 Gambaran Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Lansia di Desa XX
K089 Pengaruh Latihan Gerak Pinggul (Stretching) Terhadap Tingkat Nyeri Punggung Bawah Pada Lansia (Studi di Sanggar Senam Bagas Desa XX)
K093 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Minat Lansia Terhadap Posyandu Lansia
K094 Kebutuhan spiritualitas pada masyarakat lanjut usia / lansia
K095 Perubahan aktivitas seksual pada manusia lanjut usia (lansia)
K100 Pengaturan diet pada lansia dengan hipertensi di Desa XX
K242 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Pengetahuan Tentang Gizi Pada Ibu Yang Mempunyai Balita Di Posyandu XX
K243 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Lansia Terhadap Kegiatan Posyandu Lansia di Dusun XX
K244 Hubungan kemampuan koping dengan tingkat kecemasan klien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa Rumah Sakit
K245 Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Keberhasilan Toilet Training pada Anak Usia Pra Sekolah di TK XX
K246 Hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar anak (usia 3-5 tahun) di TK
K247 Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Pramenopause Terhadap Perubahan pada Masa Menopause di Kelurahan XX
L035 Hubungan antara Sikap Dengan Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah di Desa XX
L036 Pengetahuan Masyarakat Tentang Tanaman Obat Keluarga (Toga) Desa XX
L037 Gambaran Aktifitas Fisik Remaja dengan Status Obesitas sebagai Faktor Resiko DM Tipe 2 di SMAN XX
L038 Efektifitas Penyuluhan Tentang Menstruasi Terhadap Remaja Putri Kelas 2 Di SMPN XX
 

10 Prinsip Manajemen Mutu

Prinsip Manajemen Mutu sebagaimana yang dikemukakan Masaake Imae ( 1971) yang ditulis dalam bukunya berjudul 10 QC Maxims yang kemudian juga menjadi acuan dalam standar ISO 9001. Instisari dari sepuluh prinsip itu dapat dijelaskan secara singkat sbb :

1.Terapkan PDCA dalam Setiap Tindakan
Pengendalian dan perbaikan mutu merupakan kegiatan yang berkelanjutan yang harus dijalankan secara sistematis dengan menerapkan pendekatan manajemen (PDCA) PLAN, DO, CHECK and ACTION ( Urutan Prioritas) dari setiap Karakteristik
Setelah memahami ekspektasi pelanggan terhadap karakteristik mutu produk, kita dapat melanjutkan pertanyaan ketiga tentang bagaimana kepentingan relatif ( urutan prioritas ) dari setiap karakteristik itu. Untuk menjawab pertanyaan ini, kita dapat menggunakan suatu alat yang populer dewasa ini, yaitu: Penyebaran Fungsi Mutu ( Quality Function Deployment = QFD ).
Dalam kenyataan , karakteristik mutu yang diinginkan oleh pelanggan, tingkat ekspektasi pelanggan dan kepentingan relatif dari setiap kreteria dapat saling bertentangan, sebagai misal :
Mobil dengan akselerasi cepat dan hemat dalam penggunaan bahan bakar merupakan karakteristik yang diinginkan pelanggan, namun memiliki trade off di antara kedua karakteristik itu.
Restoran dengan pelayanan prima, makanan yang enak, dan harga yang rendah, merupakan karakteristik mutu yang dinginkan oleh pelanggan, namun saling bertentangan dengan satu dan lainnya.
Sistem komputer dengan keamaman tinggi dan akses yang mudah, merupakan karakteristik mutu yangdiinginkan pelanggan, namun saling bertentangan antara satu dengan yanglkainnya
engineering design yang aman, andal, efesien, dan tidak mahal merupakan karakteristik mutu yang dinginkan pelanggan, namun).

2.Kendalikan kegiatan sejak awal
Pengendalian mutu hendaknya dilakukan sejak awal atau sedini mungkin pada setiap proses, sebab keterlambatan pengendalian akan menjadi penerobosan yang tidak perlu yang sebenarnya dicegah.

3.Jangan menyalahkan orang lain
Sikap menyalahkan orang lain tidak akan menyelesaikan masalah. Sebaliknya akan menimbulkan masalah baru. Bila ditemukan masalah, jangan mencari siapa yang bersalah.Tetapi pikirkanlah penyebab terjadinya masalah dan temukan langkah-langkah perbaikannya.

4.Bertindak berdasarkan prinsip prioritas
Prinsip prioritas adalah prinsip mengutamakan yang utama, atau mendahulukan yang penting dalam melakukan suatu tindakan. Sebelum bertindak, pertimbangkan tingkat kepentingan dari apa yang akan dilakukan. Bila tindakan itu terkait dengan pemecahan masalah, prioritas hendaknya diberikan pada masalah yang paling penting atau paling besar pengaruhnya dalam pencapaian tujuan. Biasanya dalam pemecahan masalah juga berlaku prinsip pareto atau prinsip 20:80, artinya dalam pemecahan suatu masalah, hendaknya prioritas diberikan pada 20% penyebab utamanya yang menimbulakn dampak perbaikan 80%.

5.Proses berikutnya adalah Pelanggan
Pelanggan adalah proses berikutnya yang menerima atau menggunakan jasa atau produk dari proses sebelumnya. Dalam rangkaian diagram diatas, A sampai L adalah pelanggan. Konsep hubungan pelanggan-pemasok ini bisa diaplikasikan secara internal maupun secara eksternal.Secara internal, setiap proses adalah pelanggan saat menerima hasil kerja dari unit lain. Secara eksternal semua mata rantai produk, mulai dari distributor, agen, pengecer sampai pembeli atau pemakai langsung suatu produk atau jasa adalah termasuk dalam pengertian hubungan pelanggan-pemasok.
Setiap proses berikutnya memiliki empat hal pokok yang sangat penting dan menjadi fokus pemikiran bagi proses sebelumnya.Empat hal pokok itu adalah kebutuhan, persyratan, harapan, dan persepsi.Kedua pihak hendaknya sebelumnya harus memikirkan apa yang dibutuhkan, diisyaratkan, diharapakan dan dipersepsikan oleh proses berikutnya. Upaya sistematis untuk mengidentifikasi dan memenuhi empat hal pokok itu dinamakan fokus pelanggan.

6.Setiap Tindakan Perbaikan Diikuti Pencegahan
Tindakan koneksi adalah tindakan awal untuk menghilangkan fenomena dari suatu kondisi yang tidak diinginkan. Kondisi yang tidak diinginkan adalah masalah. Misalnya terjadi penyimpangan berat produk. Setelah penyimpanagan dikoreksi, selanjutnya perlu dianalisa secara lebih teliti sampai ditemukan akar penyebab yang paling dalam. Bila akar penyebab telah dapat diidentifikasi, maka selanjutnya dipikirkan alternatif cara yang paling efektif untuk mencegah terulangnya masalah yang sama.Tindakan koreksi dan tindakan pencegahan idealnya dilakukan bersamaan terhadap suatu maslah.Contoh tindakan pencegahan pada contoh kasus di atas misalnya melakukan kalibrasi secara berkala terhadap mesin pengantongan dan menyediakan prosedur untuk pemeliharaan preventif.
Apa yang dikatakan standar ISO 9001 tentang perbaikan? Perusahaan harus mengambil langkah-langkah untuk mengeliminasi penyebab terjadinya ketidak sesuaian agar masalah yang sama tidak terulang kembali.Tindakan yang diambil haruslah dengan dampak yang ditimbulkan.
Apa yang dikatakan standar tentang pencegahan? Perusahaan harus memastikan langkah-langkah yang diambil untuk menghilangkan penyebab-penyebab ketidak sesuaian untuk pencegahan yang diambil haruslah sesuai dengan dampak potensi yang ditimbulkan.
Fokus sistem manajemen mutu pada hakekatnya adalah mencegah terjadinya kegagalan pada seluruh tahapan mulai input,proses sampai outpru akhir dengan pendekatan sistematik holistik, sinergistik dan antisipatif.

7.Berbicara berdasarkan Data
Data adalah dasar untuk melakukan suatu tinadakan. Dalam penyelesaian masalah data menjadi landasan bertindak agar keputusan yang diambil tepat dan benar. Agar pemanfaatan data dapat tepat dan benar maka pendekatan statistik sangat dianjurkan dalam sistem manajemen mutu industri otomotif ISO / TS 16949 penerapan statistik merupakan keharusan.

8.Perbaikan Diawali dengan Penetapan Sasaran
Tujuan dari suatu tindakan haruslah jelas dan ditentukan sejak awal agar efektivitas tindakan dapat dinilai secara objektif. Sistem manajemen mutu ISO 9001 mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan. Dikatakan : sasaran-sasaran muttu, termasuk sasaran lainnya yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian produk ditetapkan pada unit-unit fungsional pada berbagai tingkatan dalam perusahaan.Sasaran mutu dibuat spesifik dan sejalan dengan kebijakan mutu.

Sasaran perlu ditetapkan agar evaluasi keberhasilan dapat dilakukakn setelah perbaikan.Dalam penetapan sasaran biasanya digunakan prinsip “SMART”.

S =Spesific : sasaran harus jelas dan spesifik
M =Measurable : sasaran harus dapat diukur
A =Attainable : sasaran harus realistis dan mungkin dicapai
R =Reasonable : harus ada alasan terhadap pemilihan sasaran.
T =Time : sasaran harus dicapai dalam waktu yang telah ditentukan.

9.Market in Concept
Konsep dasar merupakan suatu pendekatan dalam pengembangan produk dengan memfokusakan perhatian pada kebutuhan pasar, bukan pada apa yang mampu diproduksi atau dibuat oleh perusahaan. Hampir sama dengan konsep fokus pelanggan, konsep pasar lebih menekankan pada kebutuhan pasar.Sebelum memproduksi secara massal sebaiknya prusahaan meliti kebutuhan pasar.Secara lebih fokus kebutuhan pasar berarti melihat kebutuhan,persyratan, harapan, calon pelanggan pad segmen yang menjadi terget.

10.Biasakan Mencatat, Membuat Prosedur dan Menetapkan Standar.
Menyediakan prosedur tertuilis dan penetapan standar mutu/hasil kerja harus selalu dijadikan kebiasaan dalam setiap kegiatan, sehingga tidakan pengendalian dan penungkatan mutu dapat lebih konsisten dan mudah dilakukan.

Sumber :
http://www.pdambandarmasih.com/forumpdam/index.php?topic=10.0
2 Juli 2008

Sumber Gambar:
http://www.jeffayres.co.uk/Graphics/QualityManagement.jpg

Kepemimpinan Dalam Keperawatan

Kepemimpinan Dalam Keperawatan

A.    Pengertian / Istilah
1        Kepemimpinan
a.       Menurut Stogdill :
Proses mempengaruhi aktifitas suatu kelompok yang terorganisasi dalam usahanya mencapai penetapan tujuan dan pencapaian tujuan
b.      Menurut Gardner:
Proses bujukan dan contoh dimana seseorang individu atau tim kepemimpinan mempengaruhi kelompok untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan tujuan pemimpin tersebut atau sesuai dengan tujuan bersama
c.       Menurut Merton:
Kepemimpinan sebagai suatu transaksi sosial dimana seseorang mempengaruhi orang lain.
d.      Menurut Mc Gregor:
Kepemimpinan merupakan suatu hubungan yang sangat kompleks yang berubah bersama waktu seperti perubahan yang dilakukan oleh manajemen, serikat kerja atau kekuatan luar.
e.       Menurut Talbott:
Kepemimpinan merupakan bahan vital yang merubah suatu kerumunan  orang menjadi organisasi yang berfungsi dan bermamfaat.
2        Pemimpin
Adalah seorang yang akan diikuti / dipatuhi oleh orang lain secara sukarela / tanpa paksaan. (Lundberg, 1982)
3        Manager
Adalah seorang yang melaksanakan fungsi menejerial
  1. Karateristik Pemimpin yang baik
Pemimpin yang baik hendaknya memiliki karateristik sebagai berikut:
1.      Tanggung Jawab yang Seimbang.
Keseimbangan dini adalah antara tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang yang harus mengerjakan pekerjaan tersebut.
2.      Mode Perencanaan yang Positif.
Seorang pemimpin yang baik harus dapat dijadikan panutan dan contoh oleh bawahannya. Misalnya ia mengharapkan bawahannya untuk tepat waktu. Maka pemimpin tersebut harus bersikap tepat waktu dalam memenuhi janji atau melaksanakan tugasnya.
3.      Memilih Keterampilan Komunikasi Yang Baik
Pemimpin harus dapat menyampaikan ide-idenya secara singkat dan jelas, serta dengan cara yang tepat.
4.      Memiliki Pengaruh yang Positif.
Seorang pemimpin yang baik memiliki pengaruh terhadap bawahannya  dan menggunakan pengaruh tersebut untuk hal hal yang positif.
5.      Mempunyai Kemampuan Untuk Meyakini Orang Lain
Peminpin yang sukses adalah pemimpin yang dapat menggunakan keterampilan komunikasi dan pengaruhnya untuk meyakinkan orang lain terhadap ide-idenya / sudut pandangnya serta mengarahkan mereka pada tanggung jawab terhadap ide / sudut pandangnya tersebut.
  1. Gaya Kepemimpinan
Adalah suatu cara yang digunakan peminpin dalam berinteraksi dengan bawahannya. Umumnya dikenal 5 gaya kepemimpinan, yakni:
1.      Kepemimpinan otokratis.
Disebut juga kepemimpinan diktator atau directif. Orang yang menganut pendekatan ini mengambil keputusan tanpa berkonsultasi dengan para bawahannya yang harus melaksanakan keputusannya atau karyawan yang dipengaruhi keputusan tersebut.
2.      Kepemimpinan demokratis.
Gaya kepemimpinan ini dikenal pula dengan kepemimpinan konsultif atau konsensus. Orang yang menganut pendekatan ini melibatkan para karyawan yang harus melaksanakan keputusan dalam proses perbuatannya. Sebenarnya yang membuat keputusan akhir adalah pemimpin, namun sebelumnya telah menerima masukan dan rekomendasi dari anggota tim.
3.      Kepemimpinan partisipatif.
Gaya kepemimpinan ini juga dikenal dengan istilah kepemimpinan terbuka, bebas dan non directif. Orang yang menganut pendekatan ini hanya sedikit memegang kendali dalam proses pengambilan keputusan. Ia menyajikan informasi mengenai sesuatu permasalahan dan memberikan kesempatan kepada anggota tim ( bawahan ) untuk mengembangkan strategi dan pemecahannya.
4.      Kepemimpinan berorientasi pada tujuan
Gaya kepemimpinan ini juga disebut kepemimpinan berdasarkan hasil-hasil atau sasaran. Orang yang menganut pendekatan ini meminta anggota tim / bawahannya untuk memusatkan perhatian hanya pada tujuan / sasaran yang ada.
5.      Kepemimpinan situasional.
Gaya kepemimpinan ini dikeanl sebagai kepemimpinan tidak tetap. Asumsi yang digunakan dalam gaya ini adalah bahwa tidak ada suatupun gaya kepemimpinan yang tepat bagi setiap manager dalam semua kondisi.
Pada era globalisasi, dalam dunia keperawatan para manager keperawatan tidak hanya melakukan pendekatan terhadap 5 gaya kepemimpinan yang disebut diatas. Namun harus memiliki gaya kepemimpinan yang berdasarkan nilai-nilai luhur keperawatan yang didasarkan pada falsafah keperawatan dengan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat melalui manajemen operasional dan manajemen asuhan keperawatan.
  1. Pemimpin Keperawatan ( Nursing Manager)
Kepemimpinan keperawatan mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pasien meskipun mereka kelihatannya jauh dari pasien. Para pemimpin keperawatan melakukan kontak dengan pasien secara langsung maupun tidak langsung.  Stomer (1985) mengemukakan sebaiknya seorang pemimpin keperawatan / manager keperawatan mendorong stafnya untuk melaksanakan melalui:
1.      Membuat kebijaksanaan yang jelas dan mendorong perilaku etikal.
2.      Tanggung jawab kepemimpinan.
3.      Menyebarluaskan kode etik melalui teknik kerja yang aktif.
4.      Mendorong staf untuk menambah pengetahuannya melalui kursus-kursus, pelatihan atau pendidikan keperawatan berkelanjutan.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menjadi seorang pemimpin keperawatan yang sukses adalah sebagai berikut:
1.      Meluaskan pandangan hari ini kemasa depan
2.      Mengetahui posisi diri.
3.      Sensitif terhadap masalah dan melihat pengaruhnya.
4.      Mengikuti  kecenderungan / perubahan-perubahan.
5.      Mempelajari alat / hal-hal yang harus dikuasai
6.      Berfikir terus-menerus
7.      Pendengar yang baik.
8.      Mempelajari peraturan.
9.      Mencegah merendahkan orang lain.
10.  Mengembangkan keadaan yang tidak menentang.
11.  Belajar mempercayai.
12.  Meningkatkan harga diri.
13.  Gembira.
14.  Berusaha untuk maju.
15.  Menjadi seorang pemimpin.
Dengan demikian seorang pemimpin keperawatan harus memahami kunci-kunci keterampilan dalam manajemen keperawatan antara lain:
1.      Keterampilan berkomunikasi.
2.      Keterampilan memberi motivasi kepada staf.
3.      Keterampilan kepemimpinan.
4.      Keterampilan mengatur waktu.
5.      Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan.
  1. Penerapan Kepemimpinan Dalam Keperawatan
Mengimplementasikan kepemimpinan dalam keperawatan merupakan tanggung jawab perawat, melalui kepemimpinan yang efektif diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan. Untuk itu diperlukan suatu keterampilan kepemimpinan. Kepemimpinan yang efektif divisualisasikan sebagai suatu rantai yang kokoh, dimana satu dengan lainnya saling berhubungan.
Menurut Kron (1981), dalam bukunya "The Management of Patient Care " memaparkan tentang kegiatan-kegiatan untuk mencapai kepemimpinan yang efektif melalui :
1.      Perencanaan dan pengorganisasian.
Adalah pekerjaan / kegiatan yang harus dilakukan oleh perawat. Untuk itu diperlukan koordinasi sehingga semua kegiatan dapat dikerjakan dengan baik. Adalah menjadi suatu kewajiban perawat menciptakan suasana yang memberikan kenyamanan dan keamanan pada pasien melalui suatu pengorganisasian yang baik.
2.      Membuat penegasan dan memberi pengarahan (making assigments and giving directions)
Dengan berbagai metode dalam memberi penugasan di rumah sakit maka diperlukan memberi pengarahan secara jelas dan singkat.
3.      Memberi bimbingan (Providing guidence)
Bimbingan adalah suatu alat yang penting dalam keperawatan. Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk membantu stafnya dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan, sehingga pasien mendapat kepuasan dalam asuhan keperawatan.
4.      Mendorong kerja sama dan partisipasi (Encouraging cooperation and participation)
Kerjasama merupakan hubungan yang erat untuk dapat berpartisipasi, misalnya perawat melakukan kesalahan maka berikan informasi dan jelaskan melalui suatu diskusi. Hargai upaya yang telah dilakukan sehingga nanti dapat mengkoreksi kesalahannya. Oleh karena itu proses kepemimpinan keperawatan dalam kerja sama tim (team work) adalah sangat penting sehingga dapat meningkatkan kerja sama antara perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
5.      Mengkoordinasikan kegiatan ( Coordinating Activities)
Mengkoordinasikan kegiatan dalam suatu unit/ruangan merupakan kegiatan yang penting dalam kepemimpinan keperawatan. diinformasikan kepada perawat tentang kegiatan yang ada diruangan, dibutuhkan juga laporan tentang pencapaian pekerjaan oleh staf perawat.
6.      Observasi/supervisi (Observing or Supervising)
Mengawasi staf perawat dan pekerjaannya merupakan tanggung jawab yang besar dari seorang pemimpin keperawatan. Dibutuhkan kemampuan untuk meneliti asuhan keperawatan yang dibedakan pada pasien dengan aspek individunya. Untuk dibutuhkan juga di dalam pengawasan / observasi tidak hanya penampilan fisik tetapi kemungkinan emosi dan pengertian dari staf dalam memberi asuhan keperawatan.
7.      Evaluasi Hasil penampilan kerja (evaluating performance results)
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menganalisa kekuatan dan kelemahan staf dalam bekerja sehingga dapat mendorong mereka bekerja dengan baik. Seorang pemimpin juga harus mengevaluasi dirinya sendiri baik sebagai perawat ataupun sebagai peminpin secara jujur.
DAFTAR PUSTAKA
Andrew Mc. Chile, MA, Phd., Penerapan Psikologi Dalam Perawatan, Yayasan Esentia Medika, Yogyakarta, 1996.
Charles Abraham, Eaman Shanley, Editor Yasmin Asih, S.Kp., Psikologi Sosial Untuk Perawat, EGC, Jakarta, 1997.
Elaine  L. La Monica,  alih   bahasa   Dra. Elly  Nurachman, S.Kp.,  M.App.Sc., Kepemimpinan & manajemen Keperawatan, EGC, Jakarta, 1998.
Thara Kron, RN, BS, The Management of Patient Care , WB. Saunders Company, Philadelphia, 1981